top of page

7 Weeks to 2026

  • Gambar penulis: Hasna Hanifa
    Hasna Hanifa
  • 2 jam yang lalu
  • 7 menit membaca

My mom said, dulu waktu kecil aku pakai toga mama dan aku bilang kalau pengen wisuda atau sekolah disini, setelah itu belasan tahun kemudian aku ada di kampus ini. Lucunya aku juga pernah foto di patung sapi Undip, quite different environment from my childhood days, but still iconic in Undip.


Waktu SMA just crossed on my mind pikiran bahwa gimana kalau aku sama mamaku satu kampus, dan uniknya ini benar-benar terjadi, but just in different faculties.



Aku akan bercerita perjalanan beberapa waktu ini in informal ways. Even though yeah ā€œit’s not perfect writingā€.


But let’s take a look.


So, it started from here, this year, my mom graduated from her PhD (S3), aku tau ini adalah tentang disiplin, resiliensi, dan kecintaannya dengan pendidikan juga penelitian. Di tahun yang sama saudaraku lulus sarjana juga dari hukum, aku ikut menghadiri dan celebrate momen penting keduanya. And now just me, here. Kalau dipikir-pikir tahun ini sebenarnya adalah waktu dimana ā€œseharusnyaā€ aku graduation juga, but here I am.


Di Management tahun 2023 or Dentistry 2021, maybe I was destined to have a long journey, karena kalau di Manajemen graduate 2027, dan di Dentistry graduate, setelah itu coas dan masih ada ujian sebelum akhirnya mendapatkan gelar drg., so maybe it’s my privilege dengan timeline yang mungkin ditakdirkan lebih panjang dari kebanyakan orang. Even though the funny thing my mom once said, aku masuk sekolah SD di usia 6 tahun, tetapi sekarang aku mundur. Well, it’s life, even though it feels like more ā€œolderā€ but I still feel young, huh? At least for my passion and my face.


Long story short, 2022 aku pindah ke Semarang. Dan tidak menyesal karena kembali lagi ke sini. Dulu Semarang adalah tempat masa kecilku, tetapi sekarang kota ini menjadi saksi 2 fase kehidupanku.




49 hari menuju 2026.


Rasanya baru kemarin menyapa 2025, sekarang kita menuju akhir dari 2025, and now we're slowly saying goodbye, preparing to meet a better version of ourselves.


Mengingat soal studiku pertama kali di perkuliahan adalah 2021 it means yes 4 tahun yang lalu. Sekitar 3-4 tahun yang lalu narasi soal kehidupanku soal pilihan hidupku itu cenderung aneh, ga masuk akal, kelihatan mundur, atau kelihatan telat in ordinary people's timeline. Karena dengan keluarga yang cukup kuat di bidang yang berbeda denganku hal ini membuat orangtuaku mungkin tidak bisa memberikan example atau guide sebagai role yang sudah lebih berpengalaman, meanwhile aku malah memilih membangun pengalaman dan perjalananku sendiri.


Tetapi aku pun tidak sendiri, aku punya sahabat dari SMP, sudah bersahabat 10 tahun, dan secara kebetulan sama-sama banting setir dan mengulang perkuliahan dari awal, sekarang dia di Kedokteran dan aku di Manajemen surprisingly di kampus yang sama even tanpa janjian, fakultas kita cuman sampingan tapi kalau ketemu harus janjian buat maintain persahabatan kita. It’s a blessing to have a great best friend yang tau prosesmu dari remaja sampai dewasa.


Selain itu aku memiliki sahabat-sahabat dan teman-teman yang lain yang bisa dibilang beberapa dari mereka juga memiliki jangkauan impact yang cukup luas, mereka mostly di luar negeri, beberapa di Indonesia, dan aku memang di Indonesia, kita memiliki perjalanan yang panjang mengenai pendidikan kita, terlihat mundur tetapi menurutku terlihat maju in different way and perspective, mereka persis kisahnya denganku, beberapa dari mereka dulunya highly achiever atau cukup populer di SMAnya, tetapi sekarang kita ga masuk standar timeline yang sama dengan teman-teman seusia kita yang tahun 2025 ini adalah tahun dimana kita ā€œsebenarnyaā€ wisuda, and also me.


And here I am pre-graduates instead ;)


Beberapa orang sampai kaget waktu aku post foto ini, karena kayak waw cepat banget, well aku tidak akan pretend graduate tahun ini, cause this day was my mom’s day. So, let's celebrate for her.


Well, my mom did it. She inspired her children, and my dad he showed what it means to be a true gentleman, a role model for his son and a standard for his girls (it means my little sister and me, forever my mom and dad's daughters).




My big bro wants to study abroad next, I should join him, yeah? (not this year, but we're preparing for it, and actually he’s still in 10th grade) let’s take a photo before and after (in abroad) with a gorgeous lady beside him (sorry bro I know u're bright, but I know I am, pretty enough for myself, and wow u look so great with ur new glasses, and not gonna lie u should definitely flex those muscles).



Back to the friendship topic, I think, having a great friendship walaupun ga sering ketemu ataupun beda kota dan negara, tapi friendship dengan value yang sama sometimes never fades. Like my friend who always wants the best for me (like no competition, just supporting), sends me a morning text like a love bird, or gives me a photo I never ask, like this (aww speechless), and many more with their sweetness. Thanks love <3


And for me, friendship is precious.



Life humbles me a lot, but through that I've learned a lot and grown, and maybe even stronger.


It made me realize,

Dalam hidup ada fase dimana "penerimaan" itu harus kita lakukan sebelum kita paham betul kenapa semua ini terjadi.

Dan mungkin itu yang membuat orang lain bisa merasa, ā€œYou’re growing so fastā€. But what it really means, you’ve chosen the hard things when you could have chosen the easy path.



Setelah mamaku wisuda, of course ada ekspektasi aku akan melanjutkan achievement mama, tetapi secara sadar aku tau itu ekspektasi orang lain, dan aku set boundaries dengan itu, mencapai gelar S3 dan ga hanya menjadi doktor, tetapi associate professor, lulus dengan IPK 4.0, menjadi wisudawati terbaik kesekian kalinya, semua itu bisa menjadi beban kalau ekspektasi atau cita-cita itu aku bawa tetapi aku ga merasa ā€˜feel alive’ dengan achievement itu. Grateful, mama paham dengan journeyku yang sekarang dan mama cuman pengen menginspirasi anak-anaknya dari semua hal ini tanpa ekspektasi aku harus melakukan yang sama.


Ini adalah perjalanan yang panjang untuk mamaku pastinya, apalagi untuk menerima bahwa aku benar-benar banting setir ke dunia bisnis dan ekonomi, especially dengan jurusanku Manajemen. Semenjak aku diterima di Undip, mamaku mulai terbuka dengan pilihanku, semakin ke sini mamaku sangat mendukungku even untuk momen pitchingku.



Dulu definisiku tentang diriku yang biasanya orang-orang taruh di aku adalah tentang achievement dan activitiesku, tetapi dengan semenjak keputusan gap year setelah studiku di Kedokteran Gigi membuatku tidak bisa depends dari hal-hal itu, maka identityku aku bentuk sendiri, bukan dari apa saja yang sudah aku lakukan atau capai, tetapi siapa aku yang sebenar-benarnya adalah aku.


Pernah dengar ada pertanyaan, "Coba kamu jawab pertanyaan coba jelaskan dirimu tanpa menyebut jabatan ataupun prestasimu?".


And yap, that's the point.


Definisi diri sendiri yang dibangun oleh orang lain bisa lebih mudah runtuh. Tapi kalau definisi itu kamu yang bangun, value itu kamu yang yakini lebih dulu, itu lebih kokoh.

(This is me, captured by my mom)



Counting down.


Saat wisuda, usiaku mungkin 23 tahun menuju 24 tahun, menuju 25 tahun di 2028, mature enough, innit? Aku ga pernah terbayang usia itu mungkin akan aku lewati.


Aku bilang ke salah satu sahabatku, aku punya rencana 3-4 tahun mendatang untuk ambil S2 it means sekitar 25-26 tahun.


Beberapa temanku ada yang mengambil S2 ataupun fast track di usiaku yang sekarang, tapi aku mungkin akan memulai S2-ku di usia yang lebih matang, dan mungkin itu saat aku lebih siap dan di waktu paling pas.


Secara society terkhusus di Indonesia usia 22 tahun but still in the college mungkin terlihat ā€œterlambatā€, apalagi kalau in weird waynya adalah aku compare dengan orangtuaku yang bisa bekerja di multinational company dan menikah di usia ini. Dan mungkin ini bisa dibilang ā€œkemunduranā€ atau keterlambatan bagi beberapa perspektif orang lain, tetapi aku aku ingin merubah narasinya.


Merubah narasi dan perspektif bahwa sebenarnya, aku..


  • Diberikan kesempatan lebih banyak

  • Diberikan kesempatan waktu lebih

  • Diberikan kesempatan untuk melihat perspektif dan experienced dari sisi yang lain.


These three simple points.


Aku dan sahabatku merasa, dengan kita yang diberi waktu lebih ini, kita jadi bisa melihat beberapa teman-teman seusia kita yang mengambil keputusan dalam hidupnya dari pendidikan, karir, bisnis, dan menikah. Hal ini menjadi benchmark dan pertimbangan kita berdua untuk planning ke depan.


Ini yang membuatku ingin membuat keputusan secara 'intentionally' bukan hanya bersiap dengan apa yang ada di depan, tetapi juga apa yang mungkin kita ambil belokan jalannya.



Tapi walaupun suka bermimpi, manifestasi, punya planning, aku juga sadar kita hidup di hari ini dan it’s also beautiful. Living your best life. Usahain buat kasih yang terbaik buat hari ini. Masa depan ga ada yang tau, tapi keputusan dan langkah harianmu juga menentukan masa depanmu.



Sekarang aku ga punya plan A-Z. Beberapa tahun lalu abiku bilang ke aku, kalau punya plan A-Z berarti kita ga konsisten sama yang kita inginkan.


So, be the best you can aja di saat ini. Kerja keras dengan plan-plan yang kita punya.


Don’t make your dreams optional. Make them like your only option. When you treat them like that, you'll bring out your best self. Be disciplined enough to stay with the plan, and keep choosing what you believe in, over and over again.


Tapi, being honest from my experience, punya plan oke, tapi jangan attach banget sama plan ini, karena ga semua hal akan sesuai sama yang kita rencanakan. Tentu bukan karena hal ini ga pantas, kadang juga mungkin bukan itu timing terbaiknya.


Timing itu juga penting, bukan berarti sekarang terburuk atau ga pas.


Kayak perumpaan pisang, terlalu muda pisangnya warna hijau belum matang, terlalu kuning, bahkan lebih lama lagi sampai sangat matang juga lama-lama bisa membusuk atau bahkan pisangnya jadi lembek. Tapi kalau timingnya pas, pisang manisnya bakal terasa pas, ga terlalu lembek, ga asam, ga keset.


Ini jadi kayak kehidupan, timingnya ga pas, hal itu jadi belum tentu paling pas buat fase sekarang, bukan selalu pasti buruk, tetapi hal ini juga penting buat kita perhatikan, tapi bukan artinya jadi membuat kita too cautious.


So, let's be mindful.


This is the best way untuk memaksimalkan yang ada sekarang.



Di waktu yang singkat ini sebelum menuju 2026, aku cuman mau bilang, that you're growing so fast, sometimes it's quite challenging, but you just keep showing up, like are you crazy enough doing all these things when you could just give up?


Let's do a high five, you deserve all the great things, you deserve the love and appreciation that you can give it to yourself, and one day when you look back, I think you'll say I'm grateful you did it, and I'm proud of you. And These things I write for you, not just for me.


So, take a moment, and look back, see how far you've come, innit?

Thank you for never giving up, and thank you for reading my blog.



Sincerely,




Hasna Hanifa


Ā 
Ā 
Ā 

Komentar


Subscribe

Thanks for submitting!

bottom of page