top of page

Dynamic of Life

  • Gambar penulis: Hasna Hanifa
    Hasna Hanifa
  • 17 jam yang lalu
  • 4 menit membaca

“The older I grow, the more I realize growth doesn’t always come with comfort, it comes with changes”.


You’re leveling up, that’s why the challenge isn’t the same anymore like you’re in the past.

Dari kecil aku hidup berpindah-pindah, dari ikut orangtua sampai keputusan masa-masa pendidikanku. Tapi tidak pernah terasa seberat ini semenjak memasuki di usia 22 tahun.



Tahun 2025 dan khususnya di saat ini aku berada di semester 5 dengan responsibility yang beragam. Being a sister, college student, building some ideas and work with my teams.


Dengan timeline yang sangat cepat, aku merasa ada di peralihan yang juga akan berubah drastis. I’m not a girl anymore, padahal aku biasa hidup jauh dari keluarga, terbiasa naik beragam transportasi dari pesawat sampai kereta dan bus sendiri dari masa SMP. Tapi kenapa 22 tahun terasa berbeda?


Dinamika ini mungkin sangat terasa di usia 20 tahunan banyak orang. Mungkin karena inilah masa transisi banyak orang bilang sebagai “quarter life crisis”.


Dinamika yang membuat kita mempertanyakan: siapa kita sekarang, di masa depan, dan ke mana arah pulang kita nanti.


Semarang adalah salah satu tempat masa kecilku, walaupun aku juga bertumbuh di beragam kota dan provinsi, tapi rasanya Semarang tidak terasa fully feels like home again, karena rumah bagiku jadi punya definisi tersendiri, bukan lagi soal bangunan, tapi juga soal rasa. Rasa bersama orang-orang yang aku sayang, mungkin kalau digambarkan seperti tempat dimana kamu merasa hangat bersama sahabat, quality time bersama keluargamu untuk berlibur ke suatu tempat, atau perasaan tentang diterima oleh sesuatu hal.


Semarang tidak terasa rumah lagi bukan karena aku merasa tidak diterima, atau tidak merasa hangat di tempat ini. Tetapi karena pada akhirnya di usia 22 tahun ini, keluargaku dan aku akan tinggal di berbeda kota lagi. Semarang, Samarinda, Jakarta, Solo, how we can say where is our home? Dan dilema ini membuatku seakan merasa asing di kota ini.


Semarang memang jadi sedikit terasa asing, tetapi mungkin sisi positifnya adalah aku merasa menjadi explorer, tempat yang seakan baru untuk aku jelajahi, create memories, dan cerita perjalanan baru lainnya yang mungkin awalnya terasa biasa. Dan salah satu caraku adalah mulai banyak mengabadikan foto dan video yang aku bisa lihat bagaimana perjalananku ini bersama diri sendiri, teman-teman, dan juga bersama keluarga.


Rumah pada akhirnya memang bukan hanya soal bangunan rumah, tetapi soal perasaan dan experience. Karena aku bisa bertemu dengan banyak rumah dalam bentuk keluargaku di kota yang berbeda, ataupun rumah dalam bentuk kehangatan sebuah pertemanan.



2025 adalah tahun yang penting bagiku, dan transisi ini sangat besar terjadi di pendidikan, mimpi, karir, kehidupan personal, dan juga keluarga secara bersamaan.


Tapi aku yakin this is the best way to build myself.


Quarter life crisis seperti banyak orang membahasnya memang menjadi banyak keputusan penting di masa ini, dinamika kehidupannya pun sangat beragam.


Ada yang merasa lagi mau give up, ada yang jalan terseok-seok, ada yang berusaha berdiri meskipun tangan dan kakinya bergetar, dan ada yang juga bangkit lagi.


Mungkin kamu juga merasakan hal yang sama ketika membaca tulisan di blog ini.


Tapi usia ini adalah usia emas kita.


What you are experiencing now is what you are really supposed to feel right now, kamu tau kenapa usia 20 tahunan adalah masa terbaik, tapi juga mungkin jadi masa yang menantang?


Karena yang kamu hadapi sekarang, yang kamu rasakan sekarang akan help you grow, sharpen and deepen your perspective about life. Maybe this is the perfect timing for that.


For example, my mom will graduate in November 2025. I’ll be pitching less than a week before her graduation, and I’ll go to Jakarta a few days after finishing my midterm exams in my fifth semester.


The timeline moves so fast, everything is changing rapidly. The shifts feel so real, and they’ll keep happening even into next year.


I told myself, maybe this is our training season before I become truly successful with our dreams, before we get married and start our own families, or before moving abroad one day.


But however it is, aku percaya, ini momennya.


Momen dimana one day kamu harus bilang ke diri kamu sendiri that you’re so proud of yourself, you did it, you made it. Kamu hadapin itu semua, walau tidak mudah, dan tidak pasti.


Karena aku yakin, orang-orang besar pasti mereka tidak akan selalu melewati tantangan yang mudah. Kalau sekarang terasa lebih menantang, coba lihat satu tahun yang lalu, artinya kamu berkembang dari tahun kemarin. You’ve changed, maybe more than you realize.


This dynamic of life will be remembered in our future, and will become a story that maybe we’ll tell to other people who are trying to go through this. But in this path, you can choose the things and stories that your future self will say thank you for.


Thank you for never giving up.


And so today, you can choose what this movie will be worth telling and grateful for one day.


You’re the main character. Choose the best position, the best decisions, like you’re living your best life, because yes, it is.


— Sincerely, Hasna (your writer)



The potrait of my journey so far:

(Archive: Journey di usia 22 tahun, got accepted untuk pitching ide di pekan pertama perkuliahan di semester 5 dengan pengalaman dan tim baru untuk mencapai misi dan mimpi kita di project baru kita)

 
 
 

Komentar


Subscribe

Thanks for submitting!

bottom of page