Re-engineering Exercise Routine
- Hasna Hanifa
- 9 jam yang lalu
- 9 menit membaca
Sistem selalu menentukan banyak hal dan banyak orang yang sukses di dalam karir, self-development, social life dan beragam aspek kehidupan lainnya dikarenakan memiliki strategi, sistem, dan ekosistem yang mendukung. Dan itu yang membuatku merasa tertarik untuk tau cara membangun dan mencoba membangun sistem yang terbaik dan juga cocok minimal untuk kehidupanku pribadi.
Aku percaya semua itu dimulai dari kita.
Bukan menunggu hal eksternal melakukannya untuk kita, tapi kita yang menciptakannya.
From input, to mindset, and to habits.

Hai, perkenalkan aku Hasna seseorang yang punya banyak olahraga favorit dalam beberapa tahun terakhir ini. Ada yang mengenalku sebagai teman di masa sekolah dan perkuliahan, ada yang mengenalku sebagai founder BaekBarengan, dan masih banyak lainnya, tetapi Hasna is more than her roles and her achievements.
Didalam masa developmentku, olahraga selalu menjadi bagian penting yang mengajarkanku soal apa yang cocok, apa yang aku butuhkan, siapa aku, dan bahkan self-discipline, resiliensi, juga mindset.
Cerita sedikit, sebenarnya aktivitas dan kebiasaan olahraga ini sudah dibangun dari masa kecilku dari kedua orangtuaku. Uniknya waktu kecil aku sudah ikut beladiri dari ekstrakurikuler di sekolahku, karena sejak kecil aku pindah-pindah sekolah dan pindah kota, ekstrakurikuler beladiriku juga jadi beragam karate, pencaksilat juga di waktu SD. Belum berhenti, SMP berlanjut mengikuti tifan dan SMA aku ikut tapak suci yang bahkan aku ikut championship tapak suci dan ternyata menang, itu jadi championship pertama dan terakhirku, karena aku pikir sebenarnya aku kurang enjoy untuk olahraga yang harus fight.
Jadi, saat itu, di SMA aku juga rutin olahraga panahan, dan ini memang seru, tapi setelah itu pandemi, dan berlanjut aku pindah kota lagi.
Karena pindah kota, aku mulai mencari olahraga baru yang bisa buat aku enjoy dan bisa aku jadikan rutinitasku. Long story short, aku start main tennis di tahun 2022, mulai dari latihan di perumahan, ke UKM kampus, sampai aku decide buat ikut club tennis beberapa kali di Semarang dan Jakarta di tahun 2024 kemarin. But now, prefer back to tennis di perumahan untuk fleksibilitas waktu juga, dan sesekali sewa lapangan diluar perumahan.
Tahun 2022, aku tau kalau aku perlu dan harus ada olahraga lain, jadi aku kasih space waktu untuk aku workout untuk strength training dan yoga di rumah.
Pernah dengar soal menjadikan aktivitas olahraga menjadi sebuah lifestyle?
Beberapa menjadikan olahraga sebagai cara buat dapat body goals atau menjaga bentuk tubuhnya, bisa karena tujuan profesional, atau impian pribadi. Beberapa juga menjadikan olahraga sebagai pelarian dari sakit hati atau patah hati sebagai copy mechanism juga, dan ga masalah dengan semua pilihan ini.
Tapi aku pengen berbagi hal ini, karena lagi suka sama salah satu mindset ini.
Untuk menjadikan olahraga bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau pelarian, tapi menjadikan olahraga buat leverage productivity kita.
Kalau melihat ke belakang, last year, I turned pain into physically pain, workout too much, dan tennis dengan waktu random, but this year, I'm not did the same thing. Dua-duanya powerful, tetapi if I could say, aku prefer untuk memilih workout and doing exercise with love than with pain.
Dulu kalau aku cukup stress, kadang aku escape ke olahraga, karena memang olahraga bisa bikin hormone bahagia atau endorfin, even dopamin dan serotonin ikut gabung juga, jadi perasaan setelah olahraga itu positif banget.
Di tahun ini aku juga sudah sampai pada lesson dan pemahaman, bahwa justru olahraga bisa jadi cara buat leverage productivity di saat ini, jadi waktu olahraga tetap di schedule rutin seperti biasa, dan make your own target.
Aku ambil contoh gimana aktivitas salah satu billionare yang bisa kerja keras, tetapi ternyata olahraga jadi titik buat ngepush produktivitasnya.
Kita akan melihat case Tim Cook as a CEO dari Apple yang sekarang setelah Steve Jobs. Keduanya inspiratif, sampai akhirnya aku baca gimana Tim Cook daily routine terkhusus morning routinenya.
Aku memahami Tim Cook di pagi harinya super bagus, aku benchmarking Tim Cook untuk aku implementasikan ke my routine dan re-engineering my own system. Tim Cook ini pagi hari dia akan gym everyday, that's awesome. Kalau kita sering dengar 5 AM club, Tim Cook even bisa kita kategorikan sebagai seseorang yang ada di 4 AM club. Tim Cook juga jadwal istirahat dan tidur malamnya juga sangat dijaga, itu yang membuat aku mengikuti transisi ini perlahan-lahan.
Setelah aku mencoba menggunakan sistem dan mindset olahraga buat leverage productivity ini membantu banget, karena ketika aku olahraga, target aku adalah gimana caranya aku feel okay, connected with myself dan lain sebagainya, bukan targetnya bikin aku capek dan escape. Waktu tidur yang lebih terjadwal dengan rutin, dan menjaga kualitas tidur itu juga penting banget, karena tentu aja impactnya besar banget ke produktivitas sehari-hari.
Kurang lebih dari terakhir 3 bulan lalu aku menuliskan draft ini, the best option for my morning routineku sebelumnya adalah yoga, and strength training with dumbbells yang prefer persentasenya lebih banyak di yoga dibanding strength training. Tapi sudah kurang lebih 1 bulan ini aku bisa routine tennis pagi, dan berenang atau running sebagai opsional, yoga dan strength training sebagai olahraga kalau kondisinya limit waktunya karena perkuliahanku pukul 7 pagi, jadi kadang nyempetin olahraga setelah shubuh.

Sekarang aku dominan di pagi hari karena di tahun sebelumnya di tahun 2024 aku punya waktu yang random untuk olahraga karena beberapa aspek dan jadi bisa pagi, siang, sore, dan malam tergantung aktivitas saat itu. Tetapi 2025 aku mencoba untuk lebih banyak rutinin di pagi hari, dari yang aku baca untuk perempuan rutinitas olahraga pagi hari memang punya dampak yang bagus untuk hormon, mood kita, dan karena pagi itu start awal kita melakukan aktivitas, poin bagusnya adalah kita jadi ada usaha untuk stay on the track dan disiplin.
Dulu mindsetku salah satunya olahraga adalah investasi masa tua, tapi olahraga juga sebenarnya untuk diri kita di hari ini
dan ini yang kadang sering terlewat dan kita lupa.
Olahraga itu menurutku juga cocok-cocokan, bisa cocok cocokan sama fisik kita, cocok-cocokan sama jadwal kita, cocok-cocokan sama keuangan kita.
I think for a long term decision, olahraga selalu perlu disesuaikan sama target dan tujuan masing-masing, karena ga semua bisa ngerasa enjoy di suatu olahraga, dan ga semua bisa cocok.
Untuk saat ini aku merasa lebih enjoy salah satunya tennis lapangan karena di sini menurutku kita bisa main strategi, gerakan kelincahan dan ketangkasan, dan aku tipe yang lebih merasa enjoy untuk kegiatan yang ga monoton, walaupun karena sering outdoor di Semarang jadi kulitku cukup menjadi barbeque walaupun pakai sunblock.
Anyway, I love go to GBK juga kalau lagi di Jakarta. Aku ke GBK untuk olahraga sekaligus quality time, entah sama teman, sama adekku, bahkan sama timku. Aku biasanya ada jadwal keluar kota in every month, dan aku tetap kasih waktu kapan aku olahraga, kayak misal lagi di Jogja dan jalan pagi di Malioboro juga bisa banget. Ini kayak self-discipline dan komitmen ke diri sendiri, but ofc, do it for yourself not for others ya.

Olahraga di beragam kota dan negara juga menjadi dream listku, karena rasanya asik banget ngerasain beragam suasana untuk olahraga. Jadi aku ubah mimpi-mimpiku menjadi langkah kecil-kecil yang aku anggap sebagai achievement dan perayaan buat diri sendiri.
Jadi olahraga bisa jadi aktivitas yang menurutku kalau kita bisa maksimalin buat diri kita supaya bisa makin produktif, bisa makin mantap ngeluarin outcome. Jadi ga hanya lifestyle atau investasi masa tua. Tapi justru melakukan ini semua untuk diri kita di hari ini juga.
Olahraga bagiku adalah bentuk self care dan self loveku bahwa aku take care of myself. Dan aku menganggap bahwa aku perlu buat standar diriku sendiri yang membuatku cukup puas sama standar ideal yang aku punya.
Misal aku juga suka strength training with dumbbell, aku ga fokus di bulking total karena aku pengen tetap looks feminine. Karena at least standarku adalah when I work on myself, itu buat aku makin sayang sama diriku sendiri, aku bisa makin confidence, karena aku tau aku sedang berinvestasi untuk diri sendiri untuk sekarang dan masa nanti.
Aku melihat adek laki-lakiku juga sangat commit sama perkembangan dirinya, dari self-development dia, studynya, mimpinya, passionnya, dan even asupan makanan dan tubuh dia.
Aku amazed banget karena dia sangat memperhatikan asupan makanannya, let say less sugar, high protein. Itu buat aku juga perlahan aware sama konsumsi gulaku. Adekku jadi semacam partner self-developmentku walaupun kami berbeda usia 6 tahun.
(Pantai Menganti, Kebumen, 29 Desember 2024)
Aku sempat berbincang dengan adekku soal self-development dan membangun sistem kehidupan kita yang ternyata terhubung sama journey dia waktu mulai rutin gym. Dia cerita kalau kita sama-sama ga fokus untuk memenuhi ekspektasi orang lain, let say bulking tapi in the way that people expect standar "keren" kayak gimana.
We both of understand kalau people expectation dan standard itu akan selalu ada, dan kalau itu tidak membuat kita feel alive, we better choose the other path.
Dan aku rasa through olahraga kita juga dilatih mentalnya jadi mental pemenang for strength training dan for me yoga itu buat aku grounding.
That's why kalau misalnya teman-teman pernah dengar lihat di yoga ada kalimat setiap gerakan dengan "beautiful", I think ini bikin kita bisa grounded.
Btw, kita berdua suka banget traveling, exploring something new, btw actually kita juga suka capture moment yup photography like a hobby, dan so far beberapa hal dalam diri kita resonates, and ofc we're Gen Z siblings yuhuu, jadi self-development moments dan termasuk rutinitas buat olahraga bisa jadi pembahasan kita berdua.
Dulu, aku sering punya opsi tennis atau strength training using dumbbells, running atau yoga itu optional, tetapi tahun 2025 ini aku merasa yoga ini juga cocok sama aku buat combine di weekly routineku, salah satunya pose Sarvangasana, awalnya suddenly gerakan ini randomly terlintas di pikiranku, dan akhirnya I did. Ternyata impactnya juga bagus.
FYI, Sarvangasana hanya aku lakukan ketika aku ga sedang di masa menstrual atau periodku, karena ofc dampaknya bisa berbeda kalau lagi period.
Sejujurnya aku jadi suka combine strength training dan yoga di waktu yang sama. Diawal biasanya strength dulu, sebelum selesai baru balik ke yoga karena flownya menurutku mengembalikan energi feminine. For me, as a woman, as a girl, kalau energi maskulin kita lebih dominan, aku rasa kita bisa overwhelmed, dan perempuan itu hormonnya sangat bisa berubah, and that's why you can work so hard, tapi balik lagi supaya grounded again.
Well, ofc ini buat perempuan, listen your body banget, karena aku pernah tennis lapangan, outdoor, dan panas cuacanya dan matahari Semarang sungguh apakah seperti California atau Timur Tengah, but in that case, itu di kondisi hari awal period, berakhir pada lemas di lapangan, well ga pernah regret, jadi kenangan and kinda cute sebenarnya karena aku lagi passionate sama Tennis, dan I'm glad itu di lapangan Tennis perumahan.
So, sesuaikan aja ya, jangan push yourself too hard, pahami kondisi dan tubuhmu, jangan sampai olahraga jadi beban atau seakan kewajiban buat achieve target, atau even karena suka banget. Sesuatu yang baik belum tentu tepat disemua fase.
Beberapa waktu kebelakang aku juga melatih diriku buat salah satu pose yoga namanya Ardha Chandra Chapasana, dan menurutku ini lebih challenging daripada Sarvangasana, tapi I think bakal rewarding kalau flownya udah dapat karena bantu kita buat menjaga dan mengatur keseimbangan kita.

The other sports yang aku lumayan aku suka itu berenang meskipun bukan for my routine, ice skating juga seru banget, tapi keduanya dalam kategori yang jarang aku lakukan. Karena effort dan waktunya hampir kayak tennis bahkan lebih kalau mau maksimal di case aku pribadi, aku rasa dia butuh banyak waktu sampai aku merasa puas setiap olahraganya, tapi so much fun and grace. Dan adek-adekku juga suka banget sama olahraga ini. Aku juga sempat match dan coba pertama kali paddle sama tim, dan seru banget, setiap olahraga punya rules masing-masing, apalagi kalau olahraga yang teamwork.
Kalau berenang like feel the water, merasakan pernapasan kamu, setiap gerakan kamu, bahkan aku baru sadar waktu pertama kali ikut freediving course kalau ternyata freediving dan berenang juga bisa sekaligus melatih mindfulness kalau di case aku pribadi.

I love hiking sometimes sampai hiking selama ini lima kali ke gunung yang sama, tapi di tahun berbeda, bersama orang-orang yang berbeda.
Ice skating ini anggun banget, feel the ice, it feels like a dream in every skate di ice rinknya, apalagi suasana di ice rink itu sejuk, tipis-tipis Scandinavian vibes, super seru!
So, hey, it sounds great right? If you feel started exercise karena merasa hate with yourself, escape for something, your physically appearance,
I think better we change the perspective, start with loving yourself, reclaim your energy and back to yourself.
Rasanya selalu excited kalau bahas soal olahraga. Honestly, kelihatannya aku banyak jago olahraga, tapi fun factnya ada olahraga yang juga ga cocok sama aku atau aku kurang jago di sana, misal kayak basket. Running juga endurance aku juga kurang setinggi itu, jadi paling maksimal aku pernah ikut fun run. So keep going, choose your sport sesuai dengan preferensi kamu.
Btw, kalau habis olahraga sadar ga sih kalau kulit lebih glowing ya walaupun in some case dengan derasnya keringat, karena yes peredaraan darah kita juga lagi semakin bagus, even walaupun in some cases semakin belang karena outdoor, tapi kita bisa skincare-an lagi setelahnya. Dan positifnya dari tanning kita juga jadi tau kalau kulit kita sehat karena dia proteksi ke kulit kita secara natural, tapi perlu tetap kita make sure juga supaya perawatan dan proteksinya lebih aman lagi ke depannya.
Dan buat perempuan trust me, rasanya kayak happy banget just look at ourselves in the mirror, feeling so proud, feeling so loved. You did it, yess girl!
I believe olahraga bisa banget berjalan beriringan sama rutinitas kita and even in every phase of our lives. Olahraga kayak tools buat scale up.
At least move your body, karena bahkan otak akan makin aktif ketika kita juga bergerak aktif.
Fun fact salah satu love languageku adalah inviting dan encouraging orang lain olahraga atau spend time olahraga bareng, hal ini biasanya aku juga lakukan waktu kecil sama kedua orangtuaku, tapi setelah di masa dewasa sekarang aku melakukan bersama adekku, teman-temanku, sahabatku, dan bahkan timku.
So, yuk produktif, tapi tetap listen and embrace your body, mindful, grounded, appreciate yourself, and love yourself tanpa pakai standar siapapun.
Cheers,
your writer
Hasna Hanifa
Komentar