top of page

Menjawab pertanyaanmu

Diperbarui: 30 Okt 2023

Bismillah, selamat sore teman-teman!


Alhamdulillah akhirnya tulisan kita muncul juga nih di weekend ini, sebelum kita membahas pertanyaan dan jawabannya aku mau kasih tau dulu bahwa kita akan membahas 9 pertanyaan dari teman-teman.


Anyway, ini adalah blog terakhirku sebelum aku ujian tengah semester dan melakukan beberapa project di bulan Oktober ini. Mohon doanya untuk kelancaran keduanya, setelah itu InsyaAllah aku sudah berencana untuk sharing suatu pembelajaran lainnya.


Kita mulai nih ya, let's go!


#1 Kalau kita bahas prosesnya dari nol itu pastinya panjang, tapi aku yakin proses tidak dibangun dalam satu malam. Pernah dengar kalau keputusan hari ini akan menentukan dirimu 5 tahun mendatang?


Kalau aku sendiri setuju sama statement ini, tapi aku ingin menambahkan bahwa yang dibangun beberapa tahun lalu, < 5 tahun yang aku rasakan impactnya juga sudah cukup besar 💯

Instagram @visuallyneeded


Ini visualisasi yang bisa kita bayangin kalau sebenarnya, untuk suatu hal yang baru di awal mungkin kita masih merasa kesulitan, merasa sangat menantang, sampai waktu ke waktu akan terasa mudah bagi kita.


Bukan karena hal itu semakin mudah, tetapi karena kita semakin terbiasa dan semakin meningkat kapasitas kita untuk menghadapi hal yang lebih besar lagi ke depamnya.


Jadi, menurutku salah satu kunci untuk aku bisa terus berkembang sejauh ini adalah curiosity dan berani ambil kesempatan.


Dari semasa kecil, dulu aku juga sudah terbiasa untuk ikut sesuatu kegiatan yang di mana kegiatan itu diikuti oleh orang-orang yang di atas usiaku, dan ternyata di bawah alam sadarku itu terus berlanjut sampai sekarang yang membuatku jadi suka berkoneksi dengan orang-orang yang di atas usiaku, karena dengan begitu aku merasa bisa belajar satu langkah lebih jauh dari pengalamannya.


Kalau kamu anggap aku selalu percaya diri, gak pernah takut. Nope, aku tau gimana rasanya di berbagai perspektif. Pernah ngerasain yang berani buat ambil risiko, tapi pernah juga ngerasain juga waktu aku sangat suka menganalisis dan mempertimbangkan sesuatu sampai dalam yang membuatku jadi menunda untuk melakukannya. Jadi kalau kamu merasa begitu, aku juga pernah sama-sama ada di keadaan yang sama.


Kalkulasi yang matang itu sangat bagus, karena bisa mengurangi risiko-risiko pada hal yang tidak diinginkan, namun kalau itu menjadi trigger atas ketakutan dan kekhawatiran dengan sesuatu yang tidak pasti, berarti kita jadi kurang berani untuk take a risk, kurang berani buat ambil chance yang memang belum pasti.


Di situlah yang menurutku menjadi hambatan ketika kita memang mau bertumbuh lebih jauh, karena terkadang buat terus bertumbuh kita juga perlu meluaskan kemampuan kita dan juga pengalaman-pengalaman yang sebelumnya belum kita miliki.


Kuncinya tadi kepo dan berani.

 

#2 Oke, boleh nih kita bahas! 🥳


Pertama kita mungkin perlu tau dasarnya dulu kalau influencer itu ada beberapa tingkatannya sama seperti tingkatan dalam bisnis, dari kecil, menengah sampai yang besar.


Sebenarnya menurutku semakin banyak followers kita juga semakin banyak menanggung orang. Kenapa bisa gitu? Aku sendiri ngerasain sendiri seiring pertumbuhan Instagramku, ada DM yang masuk sana sini, menanyakan suatu hal atau bahkan ada curhatan dan minta saran.


Aku senang banget bisa membantu 😍 tetapi menyadari seiring waktu kita bakal makin banyak yang harus diprioritaskan, waktu, tenaga, pikiran kita akan terbagi-bagi so choose wisely and choose what you prioritize.


Jadi aku paham kenapa gak mau terlalu terkenal, kalau yang pernah aku dengar dari teman di kampusku karena khawatir kena mental 😅 (yaps, karena harus kita sadari bahwa gak semua akan suka dan support)


Sejauh ini aku gak pernah dapat tanggapan negatif di Instagram, jadi alhamdulillah so far, karena followersku yang sekarang juga hanya 2K++, dan belum tertarik buat menjangkau lebih banyak orang lagi jadi masih sangat aman ~


Untuk yang mau bangun portofolio atau koneksinya tapi gak seperti Instagram, boleh banget buat bangun portofolio di LinkedIn.

 

#3 "We drive in our vision and keep in our consistency!"


Menurutku, orientasi hidup sampai sejauh mana biasanya juga akan menentukan keputusan dan bagaimana langkahan yang akan membawa jalan kita.


Kalau orientasi jangka panjang (visioner), dia gak akan melihat potensi dan manfaat hanya untuk hari ini, namun melihatnya untuk beberapa waktu ke depan.


Orientasi hidup seorang muslim adalah bukan hidup hanya untuk dunia namun mempersiapkan kehidupan setelah ini #jleeb aku yang menulisnya juga merasa menjadi reminder bagi diri sendiri 🥺


Iya, betul muslim itu berpikiran untuk jangka waktu yang lama. Misal, oke aku bersedekah hari ini, jangka pendeknya uang kita berkurang, tapi sebenarnya kita telah menginvestasikan sebagian harta kita buat mendapatkan pahala untuk amalan kita di kehidupan akhirat nantinya.


Sama seperti investasi pendidikan, investasi saham, kita gak berharap hasilnya langsung ada hari ini, tapi untuk di masa yang akan datang.

 

#4 Melihat inti masalah


Cara yang agak kakunya kalau menurutku,


Kalau mau lihat masalah berpikir sejenak dan fokus. Kuncinya coba di breakdown dalam bentuk tulisan, boleh dalam bentuk mindmapping, coret-coretan. Tulis semua problem dan juga dampaknya.


Connecting the dots, biasanya masalah inti akan terlihat setelah tau semua masalah yang ada. Jadi, harus aware sebenarnya masalahnya ada apa aja.


Buat tau permasalahan inti kita harus tau batang dan akarnya 🌳


Kadang masalah inti itu gak harus satu, menurutku bisa > 1 atau bahkan masalahnya saling berkaitan satu sama lain.


Misal pendidikan bisa berkaitan dengan ekonomi seseorang, latar belakang seseorang (tempat tinggal, keluarga, lingkungannya) yang akan membentuk karakter, mindset, dan cara berpandanganya.


Lihat juga dari gambaran kecil dan besarnya, seringkali perspektif bakal mengubah cara kita melihat sesuatu juga 🧐🖼


Itu contoh untuk breakdownya ya, kalau permasalahannya agak kompleks misal seperti masalah di masyarakat perlu yang namanya untuk terjun langsung, melakukan survey, membaca dan analisis data, dan seterusnya.

 

#5 Kayaknya udah berkali-kali 😅


Teringat banget dulu ada seseorang yang pernah bilang ke aku, bahwa dia sempat menganggapku kalau kayak gak mungkin bisa lolos lomba yang aku ikuti semasa SMA, tetapi dia kaget ternyata aku malah lolos.


Jadi simple-nya gini aja, jangan pernah menganggap orang lain sebelah mata. Coba lihat perspektif potensi apa yang dia miliki, mungkin justru kita bisa belajar darinya.


Wajar orang bisa menganggap remeh kita, karena mereka melihat apa yang terlihat di luar (your looks maybe, outift, etc), tetapi sulit untuk melihat apa yang ada di dalam (your potential, mindset, passion, and vision).


Tetapi saat begitu, remember about your value that Allah gave us! 🌻✨️

 

#6 What do you think? 😌


Orang kadang bingung kalau mau nebak kepribadianku, karena "mungkin" keduanya terlihat introvert dan juga extrovert. Stiffinku Thinking Extrovert 😉

 

#7 Wah gimana yaa, apakah ini sudah lebih berkelas? 😎


Kali ini aku coba appearance dari blog-ku memakai beberapa emoji untuk menguatkan penyampaian dari setiap pesan atau tulisan yang ada di sini.


Kamu boleh menilainya yaa berapa ratingmu buat blog ini ⭐️⭐️⭐️ (maksimal 3 bintang aja wkwk, kebanyakan kalau 5 berasa hotel aja)

 

#8 Menarik banget pertanyaannya! (Aku jelasin agak panjang yaa)


Belum lama aku juga baru presentasi di mata kuliah Pengantar Bisnis, pasti teman sekelasku tau bagaimana perfomanceku saat itu 😆


Alhamdulillah saat itu mendapatkan feedback yang positif, jadi aku rasa bisa membagikan tips ini ke teman-teman sekaligus tips presentasi bareng kelompok di perkuliahan.


Pertama, coba kita tanya dulu sebenarnya apa sih yang membuat kita belibet saat presentasi? Apakah rasa grogi yang membuat hati gak tenang? Atau karena kita memang terbiasa berbicara cepat jadi kadang belibet?


Dalam presentasi seringkali kita deg-degan yang buat hati kita jadi gak tenang, nah caraku kalau biar merasa lebih tenang adalah fokus pada apa yang ingin kita sampaikan, bukan fokus pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita.


Terkadang mungkin kita takut dijudge kalau presentasinya kurang menarik dan hal-hal lainnya. Padahal menurutku setiap sesuatu di awal biasanya memang belum sempurna dan yang bikin seseorang bisa bagus hari ini, karena mereka practice, feedback, and prepare.


Practice: Semakin tinggi jam tayang seseorang, dia akan lebih terlatih, terlatih dari cara berbicaranya, terlatih untuk mengatur rasa ketakutannya, terlatih untuk mengatur nafasnya


Feedback: Anggaplah feedback bagian dari pembelajaran yang positif. Jujur feedback itu mahal! Kalau kamu mendapatkan feedback yang jujur dan disampaikan dengan cara yang baik, kamu dapat kesempatam buat akselerasi dirimu!


Prepare: Salah satu caraku buat mengurangi rasa kekhawatiran dan ketakutanku adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya.


Tapi kalau spontan disuruh presentasi gimana? Nah, case ini mungkin juga sama kalau kita mau bertanya yang dimana keduanya punya waktu yang singkat buat mempersiapkan diri ~


Jawabannya, "Just do it, go for it!" Kok gituu? 😶‍🌫️


Karena kita kadang lama dimempertimbangkan rasa ketakutan dan kekhawatiran kita. Kita malah berpikir dulu, "Aduuh nanya gak ya.. takut pertanyaanku jelek.. takut nanti dikira masa kayak gitu aja gak bisa.. takut kalau nanti presentasiku atau pas aku maju ke depan gak menarik banget.. 😮‍💨".


Relate nih? 🫣 (Kalau aku jujur pernah gitu, kamu gak sendiri kok. Tapi aku berusaha melawan terus rasa ketakutannya, yap just do it dan modal bismillah)


Itu untuk yang sendiri, kalau yang berkelompok menurutku mau gak mau kita perlu menguatkan bonding antar timnya. Sebelum sampai menjadi tim yang kompak, minimal semua tim sudah merasa saling dekat dan terhubung satu sama lain.


How? Minimal kita kerjain buat persiapan presentasinya totalitas (gak setengah-setengah), pas ngerjain tugasnya bisa ketemuan bareng secara offline. Btw, kita gak perlu hanya fokus buat ngerjain tugasnya aja kok 😉 boleh kok ada bagian waktu kita serius diskusi dan ngerjain tugasnya dan ada waktu khusus buat sharing tentang pengalaman masing-masing.


InsyaAllah bakal jadi santai, walaupun pasti huha-huha inside yaa. Btw, semangat presentasinya xixi pasti ini mahasiswa sih kalau tanya presentasi 😆 kalau pitching nanti beda lagi 🤫

 

#9 Upss.. 🤭


Jadi kita buka kartu nih?


Sejauh ini aku yakinnya gini, kita bakal bertemu dengan orang yang memiliki tujuan yang sama. Bakal akan terasa berbeda ketika frekuensinya gak memberikan sinyal yang sama, ini juga berlaku pada pertemanan.


Menurutku jodoh itu bakal sesuai sama kita. Jadi, karena aku belum berencana untuk menikah sekarang, aku fokus sama diriku dulu, cita-citaku, eksplorasi banyak hal, berusaha menjaga dan evaluasi hubunganku dengan Allah dan keluarga, plus sambil nyicil-nyicil ilmu tentang pernikahan dan parenting (note: buat belajar santai aja) 😁


Kalau aku pribadi ngerasa, laki-laki itu minimal harus merasa secure atas dirinya sendiri, supaya ketika dia melihat perempuannya bukan jadi insecure tapi bisa jadi partner buat saling support satu sama lain. Dan aku percaya laki-laki yang cerdas dia akan memilih perempuan sesuai dengan preferensi dia yang sama-sama "kemungkinan besar" perempuannya juga cerdas.


Sama juga kayak perempuan, kita bakal memilih yang kurang lebih value-nya hampir sama dengan kita. Kalau lebih baik laki-lakinya gimana? Menurutku gapapa dan bagus banget, karena mereka adalah pemimpin yang bakal menentukan nahkodanya akan di bawa kemana.


Kalau jadi perempuan yang berpendidikan, punya karya, atau bahkan jadi pebisnis atau seorang tokoh terpandang, apakah salah? Tidak juga, justru karena aku memiliki mama yang alhamdulillah sangat berpendidikan dan punya karya di bidangnya, aku sebagai anaknya terinspirasi atas apa yang beliau lakukan. Karena seorang ibu akan jadi pengajar buat anak-anaknya, percaya atau gak orangtua bisa menjadi sumber inspirasi atau buku berjalan bagi seorang anak untuk menjadikannya contoh dalam kehidupannya.


Kalau biasanya ada "leading by example", teaching juga perlu by example.


Jadi, kalau ada yang mundur, mungkin dia bukan yang terbaik buat kita, dan dia mungkin kurang cocok untuk kita. Karena aku belum menikah, aku pikir jodoh itu seperti puzzle, kita saling cocok-cocokkan, bentuk puzzlenya gak pernah sama persis, tapi mereka melengkapi satu sama lain.


As a simple like that, ketika kamu sudah paham dengan value dalam dirimu gak akan sulit untuk melepaskan yang mungkin memang perlu dilepaskan 🤗


Kalau pesan salah satu guruku adalah kita berdoa dari sekarang untuk memohon jodoh yang seprti apa, jangan percaya diri banget bakal langsung dikabulkan doanya (it means nabung doa dulu nih. Kalau kata salah satu kenalanku yang sudah menikah kurang lebih gini, "Mintalah yang spesifik dan tulis semua kriterianya, tapi kalau ada 1, 2 yang gak sesuai kriteria, tapi itu masih bisa kita terima, gapapa".


Jadi, menurutku fokus aja dulu sama diri kita. Kalau kamu baik, kalau kamu punya hal-hal yang bagus dalam dirimu (dan itu pasti), kamu percaya atas potensi yang Allah berikan ke kamu. Minimal kita jadi berdaya atas diri kita sendiri, bisa membagikan manfaat buat orang lain.


Dan pada akhirnya, percaya bakal ada seseorang yang melihat kamu bukan hanya sebatas karena fisik, tapi bakal ngelihat kamu punya potensi yang bagus, kamu dan dia siap menerima segala hal dalam diri masing-masing.

 

Oke, cukup ya? Kayaknya senang banget kalau bahas ini, hayoo ngaku 😆


Boleh dong comment siapa yang berhasil baca ini sampai selesai. Ini panjang dan lumayan banyak juga loh pertanyaannya ada 9! Tapi kalau baca sampai selesai keren sih ini kekepoannya tinggi banget kayaknya 🥳


Terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah bertanya, kita jadi bisa sharing tipis-tipis di sini. Semoga menjawab pertanyaanmu yaa, kalau masih ada yang mau didiskusikan let's connect with me on Instagram atau komen aja di bawah ini.


Semoga bertemu lagi di pelajaran-pelajaran kehidupan lainnya ya!


Salamku,



Hasna Hanifa




54 tampilan5 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Subscribe

Thanks for submitting!

bottom of page